Selasa, 29 Maret 2016

Teori Kepribadian Sehat

Syarah Mardiyanti
2PA07
1A514601
Kesehatan Mental #


Kepribadian Sehat
            Konsep kepribadian yang sehat adalah yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dimana dari konsep tersebut menggambarkan topik yang berusaha mencakup kepribadian manusia. Selain itu banyak ahli mengemukakan suatu tingkat perkembangan kepribadian yang melampaui normalitas dan dengan demikian tetap berhubungan dengan semangat psikologi pertumbuhan.
Konsep “diri” dari orang yang sehat merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian yang sehat. Baik kata maupun konsep tersebut tampaknya sederhana sampain kita mulai memeriksa bermacam-macam cara bagaimana ahli-ahli teori kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsinya.

Aliran Psikoanalisa
a.       Pengertian Psikoanalisa
Psikoanalisa ditemukan di Wina, Austria, oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis merupakan salah satu aliran di dalam disiplin ilmu psikologi yang memilik beberapa definisi dan sebutan, Adakalanya psikoanalisis didefinisikan sebagai metode penelitian, sebagai teknik penyembuhan dan juga sebagai pengetahuan psikologi. Psikoanalisa menurut definisi modern yaitu :
1.  Psikoanalisis adalah pengetahuan psikologi yang menekankan pada dinamika, faktor-faktor psikis yang menentukan perilaku manusia, serta pentingnya pengalaman masa kanak-kanak dalam  membentuk kepribadian masa dewasa.
2.      Psikoanalisa adalah teknik yang khusus menyelidiki aktivitas ketidaksadaran (bawah sadar)
3.      Psikoanalisa adalah metode interpretasi dan penyembuhan gangguan mental.
Teori Freud mengenai kepribadian dapat diikhtisarkan dalam rangka struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian. Struktur kepribadian tersebut mencakup tiga aspek yaitu:
·         Das Es (the id), yaitu aspek Biologis
·         Das Ich (the ego), yaitu aspek psikologis
·         Das Ueber Ich (the super ego), yaitu aspek sosiologis
è The Id  merupakan sistem kepribadian yang asli dan merupakan sumber energi utama bagi hidup manusia. Id merupakan rahim tempat ego dan superego berkembang. Freud menyebut id“kenyataan psikis yang sebenarnya”, karena id mempresentasikan dunia batin pengalaman subjektif dan tidak mengenal kenyataan objektif. Id terdiri dari dorongan-dorongan biologis dasar seperti kebutuhan makan, minum, seks, dan agresifitas. Dorongan ini dibawa sejak lahir.
è The Ego merupakan energi yang mendorong untuk mengikuti prinsip kenyataan. Ego menjalankan fungsi pengendalian agar upaya pemuasan dorongan Id itu realistis atau sesuai dengan kenyataan. Misalnya orang yang lapar harus mencari, menemukan, dan memakan makanan sampai tegangan karena merasa lapar dapat dihilangkan.
è The Superego Sistem kepribadian ketiga dan yang terakhir dikembangkan adalah superego. Superego adalah gambaran kesadaran akan nilai-nilai dan moral masyarakat yang ditanamkan oleh adat istiadat, agama, orangtua, guru, dan orang lain kepada anak. Karena itu pada dasarnya superego adalah hati nurani seseorang yang menilai benar atau salahnya tindakan seseorang. Itu berarti superego mewakili nilai-nilai ideal dan selalu berorientasi pada kesempurnaan.

Aliran Behavioristik
Teori behavioristik adalah proses belajar serta peranan lingkungan yang merupakan kondisi langsung belajar dalam menjelaskan perilaku dan semua bentuk tingkah laku manusia. Pavlov, Skinner, dan Watson dalam berbagai eksperimen mencoba menunjukkan betapa besarnya pengaruh lingkungan terhadap tingkah laku. Semua tingkah laku termasuk tingkah laku yang tidak dikehendaki, menurut mereka, diperoleh melalui belajar dari lingkungan.
Namun perlu di sadari bahwa kelemahan dari Behavioristik adalah dalam teori clasical conditioning, manusia disamakan dengan “hewan” dan dalan operan conditioning manusia dianggap sebagai “robot” yang dapat dikondisikan sehingga manusia dapat di program. Dalam teori-teori ini manusia dianggap sebagai satu kesatuan yang sama.
Dustin & George(1977),yang dikutip oleh George & Cristiani(1981),mengemukakan pandangan behavioristik terhadap konsep manusia, yakni:
1.   Manusia di pandang sebagai individu yang pada hakikatnya bukan individu yang baik atau yang jahat,tetapi sebagai individu yang selalu berada dalam keadaan sedang mengalami,yang memiliki kemampuan untuk menjadi sesuatu pada semua jenis perilaku.
2.      Manusia mampu mengkonseptualisasikan dan mengontrol perilakunya sendiri.
3.      Manusia mampu memperoleh perilaku yang baru.
4.      Manusia bisa mempengaruhi perilaku orang lain sama halnya dengan perilakunya yang bisa dipengaruhi orang lain.

Aliran Humanistik
Humanistik mulai muncul sebagai sebuah gerakan  besar psikologi dalam tahun 1950-an. Aliran Humanistik merupakan konstribusi dari psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
Menurut aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya.
Adapun prinsip utama dalam aliran ini adalah :
1.      Memahami manusia sebagai suatu totalitas.
2.  Metode yang digunakan adalah life history, berusaha memahami manusia dari sejarah hidupnya sehingga muncul keunikan individual.
3.      Mengakui pentingnya personal freedom dan responsibility dalam proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang hidup.
4.      Melalui mind, manusia mengekspresikan keunikan kemampuannya sebagai individu, terwujud dalam aspek kognisi, willing, dan judgement.

Teori Kepribadian Sehat Menurut Para Tokoh
  • Kepribadian Sehat Menurut Allport 

Menurut Allport, faktor utama tingkah lalu orang dewasa yang matang adalah sifat-sifat yang terorganisir dan selaras yang mendorong dan membimbing tingkah laku menurut prinsip otonomi fungsional. Kualitas Kepribadian yang matang menurut allport sebagai berikut:
  1. Ekstensi sense of self : Kemampuan berpartisipasi dan menikmati kegiatan dalam jangkauan yang luas, Kemampuan diri dan minat-minatnya dengan orang lain beserta minat mereka, dan Kemampuan merencanakan masa depan (harapan dan rencana).
  2. Hubungan hangat/akrab dengan orang lain : Kapasitas intimacy (hubungan kasih dengan keluarga dan teman) dan compassion (pengungkapan hubungan yang penuh hormat dan menghargai dengan setiap orang).
  3. Penerimaan diri : Kemampuan untuk mengatasi reaksi berlebih hal-hal yang menyinggung dorongan khusus (misal : mengolah dorongan seks) dan menghadapi rasa frustasi, kontrol diri, presan proporsional.
  4. Pandangan-pandangan realistis, keahlian dan penugasan : Kemampuan memandang orang lain, objek, dan situasi. Kapasitas dan minat dalam penyelesaian masalah, memiliki keahlian dalam penyelesain tugas yang dipilih, mengatasi pelbagai persoalan tanpa panik, mengasihani diri, atau tingkah laku lain yang merusak.
  5. Objektifikasi diri (insight dan humor) : Kemampuan diri untuk objektif dan memahami tentang diri dan orang lain. Humor tidak sekedar menikmati dan tertawa tapi juga mampu menghubungkan secara positif pada saat yang sama pada keganjilan dan absurditas diri dan orang lain.
  6. Filsafat Hidup : Ada latar belakang yang mendasari semua yang dikerjakannya yang memberikan tujuan dan arti. Contohnya lewat agama.
 B.  Kepribadian Sehat Menurut Carl Rogers
Rogers menekankan pandangan bahwa tingkah laku manusia hanya dapat dipahami dari bagaimana dia mamandang realita secara subjektif. Pendekatan ini disebut humanistik, karena sangat menghargai individu sebagai organisme yang potensial. 
Konsep pokok dari teori kepribadian Rogers adalah self, sehingga dapat dikatakan self merupakan satu-satunya sruktur kepribadian yang sebenarnya. Self ini dibagi 2 yaitu : Real Self dan Ideal Self. Real Self adalah keadaan diri individu saat ini, sementara Ideal Self adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut.
  • Struktur Kepribadian Pandangan dasar terhadap manusia
Manusia adalah rasional, tersosialisasikan dan dapat menentukan nasibnya sendiri. Rogers membentuk teori kepribadian berdasarkan tiga komponen pokok yaitu :
  1. Organisme : Menurut Rogers organisme bereaksi secara menyeluruh terhadap lapangan phenomenal dan reaksi tersebut merupakan upaya untuk kebutuhan dasar, aktualisasi diri, dan sebagai simbol reaksi terhadap pengalaman yang dihadapi.
  2. Lapangan Phenomenal : Lapangan phenomenal adalah keseluruhan pengalaman yang pernah dialami seseorang. Setiap individu dalam kehidupannya secara terus menerus mengalami perubahan pengalaman hidup dimana dia sendiri adalah pusat dari kejadian itu.
  3. Self : Self menggerakkan organisme untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
D. Kepribadian Sehat Menurut Erich Fromm
Kepribadian yang sehat menurut Erich Fromm adalah pribadi yang produktif yaitu pribadi yang dapat menggunakan secara penuh potensi dirinya. Kepribadian yang sehat menurut Fromm ditandai beberapa hal antara lain pola hubungan yang sehat (konstruktif), bukan atas dasar ketergantungan ataupun kekuasaan dalam hubungan dengan orang lain, kelompok, dan Tuhan. Karena menurut Erich Fromm, manusia adalah makhluk sosial. 
  • Menurut Fromm, ada lima watak sosial di dalam masyarakat :
  1. Penerimaan (receptive)
  2. Penimbunan (hoarding)
  3. Penjualan/pemasaran (marketing)
  4. Penghisapan/pemerasan (exploitative)
  5. Produktif (productive)
Dari kelima watak sosial ini yang benar-benar tepat dan sehat hanyalah watak produktif karena watak produktif didorong oleh cinta dan akal budi dan dapat membantu perkembangan dan pertumbuhan pribadi dan masyarakat. 
  • Pada dasarnya ada dua cara untuk memperoleh makna dan kebersamaan dalam kehidupan diantaranya :
  1. Mencapai kebebasan positif yakni berusaha menyatu dengan orang lain, tanpa mengorbankan kebebasan dan integritas pribadi.
  2. Memperoleh rasa aman denagn meninggalkan kebebasan dan menyerahkan bulat-bulat individualitas dan intehritas diri kepada sesuatu (bisa orang atau lembaga) yang dapat memberi rasa aman.
Daftar Pustaka
Freist, J & Freist, Gregory (1998), Theories of Personality, Amerika : Mc Graw Hill.
Basuki, Heru. 2008. Psikologi umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
Kanisius. Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi pertumbuhan model-model kepribadian sehat.Yogyakarta

Rochman, Kholil. 2010. Kesehatan mental. Yogyakarta : Fajar Media Press

Minggu, 20 Maret 2016

Konsep Normal-Abnormal dalam Masyarakat

Syarah Mardiyanti
 2PA07
1A514601

Pendahuluan
Menggambarkan ciri-ciri tingkah laku yang norma atau sehat biasanya relatif agak sulit dibanding dengan tingkah laku yang tidak normal. Ini disebabkan karena tingkah laku yang normal seringkali kurang mendapatkan perhatian karen tingkah laku tersebut dianggap wajar, sedangkan tingkah laku abnormal biasanya lebih mendapatkan perhatian karena biasanya tidak wajar dan aneh (Siswanto, 2007 :24)
Pribadi yang normal itu pada umumnya memiliki mental yang sehat, sedangkan pribadi yang abnormal biasanya juga memiliki mental yang tidak sehat. Namun demikian, pada hakekatnya konsep mengenai normalitas dan abnormalitas itu sangat samar-samar batasnya. Sebab pola kebiasaan dan sikap hidup yang dirasakan normal oleh suatu kelompok tertentu, bisa dianggap abnormal oleh kelompok lainnya. Akan tetapi apabila satu tingkah laku itu begitu mencolok dan sangat berbeda dengan tingkah laku umum (biasa pada umumnya), maka kita akan menyebutnya sebagai abnormal (Kartini kartono, 2000 :6-7).
Singgih Dirgagunarsa (1999: 140) mendefinisikan psikologi abnormal atau psikopatologi sebagai lapangan psikologi yang berhubungan dengan kelainan atau hambatan kepribadian, yang menyangkut proses dan isi kejiwaan.


Teori
Konsep tentang normalitas dan abnormalitas itu sangat samar-samar batasnya. Sebab, kebiasaan-kebiasaan dan sikap hidup yang dirasakan sebagai normal oleh suatu kelompok masyarakat, dapat dianggap sebagai abnormal oleh kelompok lainnya. Apa yang dianggap sebagai abnormal oleh beberapa generasi sebelum kita, misalnya dianggap normal pada saat ini.
Tetapi, tingkah laku abnormal tadi kadang begitu mencolok dan berbeda dengan tingkah laku biasa pada umumnya, sehingga kita tidak akan ragu-ragu lagi untuk menyebutnya sebagai abnormal.
• Tingkah laku normal
Sebagai standar tingkah dari tingkah laku yang normal kita ambil tingkah laku yang adekuat (serasi, tepat), yang bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya. Tingkah laku pribadi yang normal tersebut ialah:
Sikap hidupnya/attitudenya sesuai dengan pola kelompok masyarakat tempat ia berada, sehingga tercapai satu relasi interpersonal dan intersosial yang memuaskan.
• Pribadi yang normal dan pribadi yang abnormal
Pribadi yang normal itu secara relatif dekat sekali dengan integrasi jasmaniah-rohaniah yang ideal, kehidupan psikisnya kurang lebih stabil sifatnya, tidak banyak memendam konflik-konflik batin, tenang, dan jasmaniahnya sehat selalu.
Pribadi yang abnormal secara relatif mereka itu jauh daripada status integrasi. Ada tingkat atribut ”inferior” dan ”superior”.
Kompeks-kompleks inferior ini terdapat pada penderita psikopat, neurosa dan psikosa. Dan kompleks-kompleks superior itu terdapat pada kelompok kaum-kaum idiot savant (kaum ilmuwan/cerdik pandai yang bersifat idiot). Mereka itu mempunyai quotient intelegensi (I.Q.) yang tinggi, dan memiliki bakat-bakat khusus yang luar biasa, misalnya di bidang seni, musik, matematik, teknik, ilmu pengetahuan alam, keterampilan tangan dan lain-lain. Akan tetapi mereka menderita defek atau defisiensi mental secara total, sehingga tingkah lakunya aneh-aneh, kejam sadistis atau sangat abnormal.
Pribadi yang abnormal pada umumnya dihinggapi gangguan mental atau ada kelainan-kelainan/abnormalitas pada mentalnya. Orang-orang abnormal ini selalu diliputi banyak konflik-konflik batin, miskin jiwanya dan tidak stabil, tanpa perhatian pada lingkungannya, terpisah hidupnya dari masyarakat, selalu gelisah dan takut, dan jasmaninya sering sakit-sakitan.
• Kriteria pribadi yang normal
Deskripsi tentang pribadi yang normal dengan mental yang sehat menurut Maslow and Mitelmann yang dituliskan dalam bukunya ”Principles of Abnormal Psychology”, yaitu :
1. Memiliki perasaan aman (sense of security) yang tepat.
2. Memiliki penilaian diri (self evaluation) dan insight/wawasan rasional. Juga punya harga diri yang cukup, dan tidak berlebihan (lebay).
3. Memiliki spontanitas dan emosionalitas yang tepat. Ia mampu menciptakan hubungan yang erat, kuat, dan lama, seperti persahabatan, komunikasi sosial dan relasi cinta. Dia mampu mengekspresikan rasa kebencian dan kekesalan hatinya tanpa kehilangan kontrol terhadap diri sendiri.
4. Mempunyai kontak dengan realitas secara efisien, yaitu kontak dengan dunia fisik/materiil. Tanpa ada fantasi dan angan-angan yang berlebihan.
5. Dia memiliki dorongan-dorongan dan nafsu-nafsu jasmaniah yang sehat, serta memiliki kemampuan untuk memenuhi dan memuaskannya.
6. Mempunyai pengetahuan diri yang cukup, yaitu bisa menghayati motif-motif hidupnya dalam status sadar.
7. Mempunyai tujuan/objek hidup yang adekuat. Dalam artian tujuan hidup tersebut bisa dicapai dengan kemampuan sendiri, sebab sifatnya realistis dan wajar.
8. Memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidupnya. Yaitu ada kemampuan menerima dan mengolah pengalamannya tidak secara kaku.
9. Ada kesanggupan untuk memuaskan tuntutan-tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan dari kelompok tempat ia berada.
10. Ada sikap emansipasi yang sehat terhadap kelompoknya dan terhadap kebudayaan.
11. Ada integrasi dalam kepribadiannya. Yaitu perkembangan pertumbuhan jasmani dan rohani yang bulat.
Kriteria-kriteria tersebut di atas merupakan ukuran ideal. Dalam pengertian merupakan ukuran standar yang relatif tinggi sifatnya. Seorang yang normal itu tidak bisa diharapkan memenuhi dengan mutlak kriteria tersebut diatas (dia tidak bisa secara absolut sempurna memenuhi ukuran itu). Sebab pada umumnya setiap manusia normal pasti memiliki kekurangan-kekurangan dalam beberapa segi kepribadiannya. Tetapi dia tetap memiliki kesehatan mental yang cukup baik, sehingga bisa digolongkan dalam kelas normal.
Maka jika seseorang itu terlalu jauh menyimpang dari kriteria diatas, dan banyak segi-segi karakteristiknya yang deficient/defisiensi (rusak, tidak efisien) maka pribadi tersebut kita golongkan dalam kelompok ABNORMAL.


Analisis
Contoh Kasus :
Rani berusia 25 tahun telah menjalani hubungan perkawinan selama hampir 2 tahun. Rani selalu merasa ketakutan dan kekhawatiran yang mendalam bila bersama suaminya. Hal ini tidak terlalu dirasakannya ketika ia bersama orang lain. Suami subjek merupakan figur suami yang otoriter dan overprotektif. Subjek selalu merasa disalahkan atas setiap hal yang dilakukannya. Subjek merasa tidak berani memberikan pendapat kepada suaminya. Subjek merasa tidak bahagia dengan kehidupan perkawinannya tersebut dan berniat untuk segera bercerai dengannya tetapi subjek tidak mempunyai keberanian untuk melakukannya.
Pembahasan:
Dalam hal ini permasalahan yang dihadapi oleh Rani masuk pada kriteria abnormalitas yaitu tekanan batin yang telah dipaparkan sebelumnya. Subjek merasa tertekan dengan suami yang mempunyai sikap otoriter dan overprotektif, sehingga membuat subjek tidak berani untuk mengungkapkan pendapatnya, subjek selalu merasa apa yang ia lakukan selalu salah. Hal ini jelas tidak tepat, karena seharusnya subjek harus berani untuk memberikan pendapat terlebih pada suaminya sendiri karena pada dasarnya setiap pendapat yang kita sampaikan tidak ada yang salah. Selain itu, kriteria yang berikutnya yaitu Gejala “salah suai” (maladjusment) yang di sebabkan oleh ketidakefektifan individu dalam menghadapi, menangani atau melaksanakan tuntutan dari lingkungan fisik. Ketidakefektifan individu dalam menghadapi dan menangani suaminya yang mempunyai sikap otoriter dan overprotektif. Sehingga subjek merasa tidak bahagia dalam kehidupan perkawinannya dan berniat untuk segera bercerai. Dalam hal ini, seharusnya subjek dapat lebih menyesuaikan diri dengan sikap suaminya yang otoriter dan overprotektif karena sebelum menikah subjek seharusnya dapat melihat atau mengetahui mengenai sikap suaminya walaupun mungkin tidak banyak dan subjek tau apa yang akan dilakukannya setelah menikah dengan sikap suaminya tersebut, sehingga dapat menghadapi ataupun menangani masalah yang terjadi dalam perkawinannya.


Daftar Pustaka
Ardani Ardi Tristiadi, M. Si. Psi. 2011. “Psikologi Abnormal”. Bandung: Lubuk Agung
Kartono, Kartini, DR, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Penerbit Mandar Maju. 1989.

Aditama 3. Jeffrey S. Nevid, dkk, 2005, Psikologi Abnormal, Edisi Kelima, Jilid I, Jakarta : Airlangga