Syarah Mardiyanti
2PA07
1A514601
Pendahuluan
Menggambarkan
ciri-ciri tingkah laku yang norma atau sehat biasanya relatif agak sulit
dibanding dengan tingkah laku yang tidak normal. Ini disebabkan karena tingkah
laku yang normal seringkali kurang mendapatkan perhatian karen tingkah laku
tersebut dianggap wajar, sedangkan tingkah laku abnormal biasanya lebih mendapatkan
perhatian karena biasanya tidak wajar dan aneh (Siswanto, 2007 :24)
Pribadi yang
normal itu pada umumnya memiliki mental yang sehat, sedangkan pribadi yang
abnormal biasanya juga memiliki mental yang tidak sehat. Namun demikian, pada
hakekatnya konsep mengenai normalitas dan abnormalitas itu sangat samar-samar
batasnya. Sebab pola kebiasaan dan sikap hidup yang dirasakan normal oleh suatu
kelompok tertentu, bisa dianggap abnormal oleh kelompok lainnya. Akan tetapi
apabila satu tingkah laku itu begitu mencolok dan sangat berbeda dengan tingkah
laku umum (biasa pada umumnya), maka kita akan menyebutnya sebagai abnormal
(Kartini kartono, 2000 :6-7).
Singgih
Dirgagunarsa (1999: 140) mendefinisikan psikologi abnormal atau psikopatologi
sebagai lapangan psikologi yang berhubungan dengan kelainan atau hambatan
kepribadian, yang menyangkut proses dan isi kejiwaan.
Teori
Konsep
tentang normalitas dan abnormalitas itu sangat samar-samar batasnya. Sebab,
kebiasaan-kebiasaan dan sikap hidup yang dirasakan sebagai normal oleh suatu
kelompok masyarakat, dapat dianggap sebagai abnormal oleh kelompok lainnya. Apa
yang dianggap sebagai abnormal oleh beberapa generasi sebelum kita, misalnya
dianggap normal pada saat ini.
Tetapi,
tingkah laku abnormal tadi kadang begitu mencolok dan berbeda dengan tingkah
laku biasa pada umumnya, sehingga kita tidak akan ragu-ragu lagi untuk
menyebutnya sebagai abnormal.
•
Tingkah laku normal
Sebagai
standar tingkah dari tingkah laku yang normal kita ambil tingkah laku yang
adekuat (serasi, tepat), yang bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya.
Tingkah laku pribadi yang normal tersebut ialah:
Sikap
hidupnya/attitudenya sesuai dengan pola kelompok masyarakat tempat ia berada,
sehingga tercapai satu relasi interpersonal dan intersosial yang memuaskan.
•
Pribadi yang normal dan pribadi yang abnormal
Pribadi
yang normal itu secara relatif dekat sekali dengan integrasi jasmaniah-rohaniah
yang ideal, kehidupan psikisnya kurang lebih stabil sifatnya, tidak banyak
memendam konflik-konflik batin, tenang, dan jasmaniahnya sehat selalu.
Pribadi
yang abnormal secara relatif mereka itu jauh daripada status integrasi. Ada
tingkat atribut ”inferior” dan ”superior”.
Kompeks-kompleks
inferior ini terdapat pada penderita psikopat, neurosa dan psikosa. Dan
kompleks-kompleks superior itu terdapat pada kelompok kaum-kaum idiot savant
(kaum ilmuwan/cerdik pandai yang bersifat idiot). Mereka itu mempunyai quotient
intelegensi (I.Q.) yang tinggi, dan memiliki bakat-bakat khusus yang luar
biasa, misalnya di bidang seni, musik, matematik, teknik, ilmu pengetahuan
alam, keterampilan tangan dan lain-lain. Akan tetapi mereka menderita defek
atau defisiensi mental secara total, sehingga tingkah lakunya aneh-aneh, kejam
sadistis atau sangat abnormal.
Pribadi
yang abnormal pada umumnya dihinggapi gangguan mental atau ada kelainan-kelainan/abnormalitas
pada mentalnya. Orang-orang abnormal ini selalu diliputi banyak konflik-konflik
batin, miskin jiwanya dan tidak stabil, tanpa perhatian pada lingkungannya,
terpisah hidupnya dari masyarakat, selalu gelisah dan takut, dan jasmaninya sering
sakit-sakitan.
•
Kriteria pribadi yang normal
Deskripsi
tentang pribadi yang normal dengan mental yang sehat menurut Maslow and
Mitelmann yang dituliskan dalam bukunya ”Principles of Abnormal Psychology”,
yaitu :
1.
Memiliki perasaan aman (sense of security) yang tepat.
2.
Memiliki penilaian diri (self evaluation) dan insight/wawasan rasional. Juga
punya harga diri yang cukup, dan tidak berlebihan (lebay).
3.
Memiliki spontanitas dan emosionalitas yang tepat. Ia mampu menciptakan
hubungan yang erat, kuat, dan lama, seperti persahabatan, komunikasi sosial dan
relasi cinta. Dia mampu mengekspresikan rasa kebencian dan kekesalan hatinya
tanpa kehilangan kontrol terhadap diri sendiri.
4.
Mempunyai kontak dengan realitas secara efisien, yaitu kontak dengan dunia
fisik/materiil. Tanpa ada fantasi dan angan-angan yang berlebihan.
5.
Dia memiliki dorongan-dorongan dan nafsu-nafsu jasmaniah yang sehat, serta
memiliki kemampuan untuk memenuhi dan memuaskannya.
6.
Mempunyai pengetahuan diri yang cukup, yaitu bisa menghayati motif-motif
hidupnya dalam status sadar.
7.
Mempunyai tujuan/objek hidup yang adekuat. Dalam artian tujuan hidup tersebut
bisa dicapai dengan kemampuan sendiri, sebab sifatnya realistis dan wajar.
8.
Memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidupnya. Yaitu ada kemampuan
menerima dan mengolah pengalamannya tidak secara kaku.
9.
Ada kesanggupan untuk memuaskan tuntutan-tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan dari
kelompok tempat ia berada.
10.
Ada sikap emansipasi yang sehat terhadap kelompoknya dan terhadap kebudayaan.
11.
Ada integrasi dalam kepribadiannya. Yaitu perkembangan pertumbuhan jasmani dan
rohani yang bulat.
Kriteria-kriteria
tersebut di atas merupakan ukuran ideal. Dalam pengertian merupakan ukuran
standar yang relatif tinggi sifatnya. Seorang yang normal itu tidak bisa
diharapkan memenuhi dengan mutlak kriteria tersebut diatas (dia tidak bisa
secara absolut sempurna memenuhi ukuran itu). Sebab pada umumnya setiap manusia
normal pasti memiliki kekurangan-kekurangan dalam beberapa segi kepribadiannya.
Tetapi dia tetap memiliki kesehatan mental yang cukup baik, sehingga bisa
digolongkan dalam kelas normal.
Maka
jika seseorang itu terlalu jauh menyimpang dari kriteria diatas, dan banyak
segi-segi karakteristiknya yang deficient/defisiensi (rusak, tidak efisien)
maka pribadi tersebut kita golongkan dalam kelompok ABNORMAL.
Analisis
Contoh Kasus :
Rani berusia 25 tahun telah menjalani hubungan
perkawinan selama hampir 2 tahun. Rani selalu merasa ketakutan dan kekhawatiran yang
mendalam bila bersama suaminya. Hal ini tidak terlalu dirasakannya ketika ia
bersama orang lain. Suami subjek merupakan figur suami yang otoriter dan
overprotektif. Subjek selalu merasa disalahkan atas setiap hal yang
dilakukannya. Subjek merasa tidak berani memberikan pendapat kepada suaminya.
Subjek merasa tidak bahagia dengan kehidupan perkawinannya tersebut dan berniat
untuk segera bercerai dengannya tetapi subjek tidak mempunyai keberanian untuk
melakukannya.
Pembahasan:
Dalam hal ini permasalahan
yang dihadapi oleh Rani masuk pada kriteria abnormalitas yaitu tekanan batin yang telah dipaparkan
sebelumnya. Subjek merasa tertekan dengan suami yang mempunyai sikap otoriter
dan overprotektif, sehingga membuat subjek tidak berani untuk mengungkapkan
pendapatnya, subjek selalu merasa apa yang ia lakukan selalu salah. Hal ini
jelas tidak tepat, karena seharusnya subjek harus berani untuk memberikan
pendapat terlebih pada suaminya sendiri karena pada dasarnya setiap pendapat
yang kita sampaikan tidak ada yang salah. Selain itu, kriteria yang berikutnya
yaitu Gejala “salah suai” (maladjusment) yang di sebabkan oleh ketidakefektifan
individu dalam menghadapi, menangani atau melaksanakan tuntutan dari lingkungan
fisik. Ketidakefektifan individu dalam menghadapi dan menangani suaminya yang
mempunyai sikap otoriter dan overprotektif. Sehingga subjek merasa tidak
bahagia dalam kehidupan perkawinannya dan berniat untuk segera bercerai. Dalam
hal ini, seharusnya subjek dapat lebih menyesuaikan diri dengan sikap suaminya
yang otoriter dan overprotektif karena sebelum menikah subjek seharusnya dapat
melihat atau mengetahui mengenai sikap suaminya walaupun mungkin tidak banyak
dan subjek tau apa yang akan dilakukannya setelah menikah dengan sikap suaminya
tersebut, sehingga dapat menghadapi ataupun menangani masalah yang terjadi
dalam perkawinannya.
Daftar Pustaka
Ardani Ardi Tristiadi,
M. Si. Psi. 2011. “Psikologi Abnormal”. Bandung: Lubuk Agung
Kartono,
Kartini, DR, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Penerbit
Mandar Maju. 1989.
Aditama
3. Jeffrey S. Nevid, dkk, 2005, Psikologi Abnormal, Edisi Kelima, Jilid I,
Jakarta : Airlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar